Jakarta, Kompas - Konsumsi susu per kapita di Indonesia tahun 2010 adalah 11,84 liter. Artinya, rata-rata orang Indonesia minum 32,44 mililiter atau 2 sendok makan per hari.
Indonesia pada deretan terbawah konsumsi susu di Asia Tenggara maupun negara berkembang lain. ”Jauh di bawah,” kata praktisi susu Agus Wijaya pada temu ilmiah Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Kamis (21/4).
Konsumsi per kapita di Malaysia, Singapura, dan India tahun lalu masing-masing 50,26 liter, 47,35 liter, dan 45,43 liter. Di Vietnam dan Filipina, konsumsinya 14,05 liter dan 12,35 liter.
Data Canadean Survey 2008 menyebut, konsumsi susu bubuk Indonesia 82,1 persen dari total konsumsi susu. Hanya 17,9 persen mengonsumsi susu cair.
Susu bubuk
Di Belanda, Amerika Serikat, dan India, konsumsi susu cair secara berurutan 100 persen, 99,7 persen, dan 97,8 persen. Agus mengatakan, pola konsumsi susu Indonesia berbeda karena susu bubuk yang dikenalkan Pemerintah Kolonial Belanda.
Pada masa lalu produksi susu cair Belanda berlebih. Susu bubuk dipilih agar sisa produksi dapat dipasarkan ke negara jajahan. Hingga kini tetap eksis.
Indonesia juga punya kebiasaan minum susu kental manis dicampur air. Awalnya, susu kental manis dibuat untuk bahan tambahan makanan, seperti untuk roti, martabak, atau puding.
Data Euromonitor 2007 menyebut, produksi aneka susu di Indonesia mencapai 1,3 miliar kiloliter. Dari jumlah itu, 60 persennya berbentuk bubuk, 35 persen susu kental manis, dan 5 persen bentuk cair.
Menurut Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor Made Astawan, susu cair lebih baik dikonsumsi daripada susu bubuk karena sifat alaminya. Zat gizi susu cair mudah dicerna dan diserap.
Adapun susu bubuk dibuat dengan pemanasan 2 jam pada suhu 180 derajat Celsius. Akibatnya, banyak zat gizi alaminya rusak. Kerusakan itu diantisipasi industri dengan penambahan vitamin dan mineral sintetis.
”Zat tambahan itu belum tentu diserap tubuh secara sempurna. Belum ada pengujian seberapa besar zat tambahan itu mampu dicerna dan diserap,” katanya.
Susu bubuk yang terlalu lama terpapar di udara menjadi kecoklatan. Sebab, protein dan karbohidrat dalam susu saling bereaksi. Itu menurunkan kemampuan susu diserap tubuh.
Sifat berbagai jenis susu pada dasarnya sama. Pengelompokan susu sesuai umur dan kondisi tubuh membuat ada beberapa kelas. Susu segar dapat diminum semua kelompok umur mulai usia 1 tahun hingga usia lanjut.
Astawan menyarankan, untuk mengonsumsi susu segar 2-3 gelas per hari agar tak cepat kenyang. Tujuannya, asupan karbohidrat, lemak, serta protein hewani dan nabati tetap terpenuhi. Adapun susu untuk anak lebih baik tanpa tambahan perisa atau gula. Itu membantu mengurangi konsumsi gula pada anak yang memicu kegemukan dan diabetes. (MZW)
Sumber: Health Kompas.com
Konsumsi per kapita di Malaysia, Singapura, dan India tahun lalu masing-masing 50,26 liter, 47,35 liter, dan 45,43 liter. Di Vietnam dan Filipina, konsumsinya 14,05 liter dan 12,35 liter.
Data Canadean Survey 2008 menyebut, konsumsi susu bubuk Indonesia 82,1 persen dari total konsumsi susu. Hanya 17,9 persen mengonsumsi susu cair.
Di Belanda, Amerika Serikat, dan India, konsumsi susu cair secara berurutan 100 persen, 99,7 persen, dan 97,8 persen. Agus mengatakan, pola konsumsi susu Indonesia berbeda karena susu bubuk yang dikenalkan Pemerintah Kolonial Belanda.
Pada masa lalu produksi susu cair Belanda berlebih. Susu bubuk dipilih agar sisa produksi dapat dipasarkan ke negara jajahan. Hingga kini tetap eksis.
Indonesia juga punya kebiasaan minum susu kental manis dicampur air. Awalnya, susu kental manis dibuat untuk bahan tambahan makanan, seperti untuk roti, martabak, atau puding.
Data Euromonitor 2007 menyebut, produksi aneka susu di Indonesia mencapai 1,3 miliar kiloliter. Dari jumlah itu, 60 persennya berbentuk bubuk, 35 persen susu kental manis, dan 5 persen bentuk cair.
Menurut Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor Made Astawan, susu cair lebih baik dikonsumsi daripada susu bubuk karena sifat alaminya. Zat gizi susu cair mudah dicerna dan diserap.
Adapun susu bubuk dibuat dengan pemanasan 2 jam pada suhu 180 derajat Celsius. Akibatnya, banyak zat gizi alaminya rusak. Kerusakan itu diantisipasi industri dengan penambahan vitamin dan mineral sintetis.
”Zat tambahan itu belum tentu diserap tubuh secara sempurna. Belum ada pengujian seberapa besar zat tambahan itu mampu dicerna dan diserap,” katanya.
Susu bubuk yang terlalu lama terpapar di udara menjadi kecoklatan. Sebab, protein dan karbohidrat dalam susu saling bereaksi. Itu menurunkan kemampuan susu diserap tubuh.
Sifat berbagai jenis susu pada dasarnya sama. Pengelompokan susu sesuai umur dan kondisi tubuh membuat ada beberapa kelas. Susu segar dapat diminum semua kelompok umur mulai usia 1 tahun hingga usia lanjut.
Astawan menyarankan, untuk mengonsumsi susu segar 2-3 gelas per hari agar tak cepat kenyang. Tujuannya, asupan karbohidrat, lemak, serta protein hewani dan nabati tetap terpenuhi. Adapun susu untuk anak lebih baik tanpa tambahan perisa atau gula. Itu membantu mengurangi konsumsi gula pada anak yang memicu kegemukan dan diabetes.
Sumber: Health Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar